Jumat, 27 Agustus 2010

KADO LEBARAN DATANGI ANAK-ANAK SEKITAR KERATON

PONTIANAK. Penyaluran Ramadhan di Pontianak mendatangi Mesjid Jami’, yang merupakan mesjid pertama yang didirikan di Kota Pontianak, Kamis (26/8). “Alhamdulillah tujuh kado lebaran yatim dapat kami salurkan di wilayah tersebut, begitu senangnya mereka mendapatkan kado ini,” ujar salah satu panitia penyaluran.

Mesjid ini bersebelahan dengan Keraton Pontianak dan Rumah Zakat memberikan Kado Lebaran Yatim kepada anak-anak berada di wilayah Beting Keraton Kadaria, Pontianak Timur.

“Terimakasih Rumah Zakat, terimakasih sekali telah membantu anak-anak kami, kami sebagai orang tua sebenarnya terbebani karena dapat membelikan baju lebaran, tapi Alhamdulillah Allah memberikan rezeki-Nya melalui rumah zakat “ ujar seorang ibu.***

Newsroom/Eva Susanti
Pontianak

sumber : Rumah Zakat

Selasa, 24 Agustus 2010

GUBERNUR JABAR TURUT SERAHKAN KADO LEBARAN YATIM

BANDUNG. Penyaluran Kado Lebaran Yatim (KYL) Rumah Zakat mendapat apriesiasi dari gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan. Hal ini ditandai dengan penyerahan KLY secara simbolis dari Gubernur kepada Anak Asuh Rumah Zakat, Selasa (24/8).

KYL ini diserahkan dalam acara pembukaan “Pasar Peduli Ramadhan 1431 H Provinsi Jawa Barat “ di halaman parkir Gedung Sate Bandung. Tak kurang dari 100 stand dari pengusaha lokal di Jabar, perbankan, asuransi, turut meramaikan acara yang dibuka selama dua hari ini.

Rumah Zakat menjadi satu-satunya lembaga zakat yang ikut serta dalam pasar Murah Ramadhan tersebut. “Dengan adanya Pasar Ramadhan ini, diharapkan bisa memfasilitasi masyarakata dalam mengakses kebutuhan khususnya saat menghadapi lebaran nanti, selain murah juga pasar ini bisa memudahkan masyarakat” ucap Ahmad Heryawan saat memberi sambutan. Saat itu, Netty Heryawan turut mengunjungi Stand Rumah Zakat, ia pun mengungkapkan keinginannya untuk mengunjungi Sekolah Juara yang didirikan Rumah Zakat.***

sumber : Rumah Zakat

Senin, 23 Agustus 2010

320 KORNET SUPERQURBAN BAGI KORBAN BANJIR

JAKARTA. Rumah Zakat Cabang Jakarta Barat menyalurkan 320 kornet Superqurban kepada warga yang terkena musibah banjir dengan tinggi air lima meter, Sabtu (21/08)

Penyaluran dilaksanakan pukul 11.00-14.00 WIB di dua titik penyaluran yaitu di rumah Syafarudin (Ketua RT 13/RW 07) dan rumah Sri Yanti (Kader Posyandu RT 01/RW 07).

Penyaluran kornet Superqurban ini berlokasi di Kecamatan Gandaria Selatan, Cilandak, Jakarta Selatan. “Kami sangat kaget dan senang dengan adanya pembagian kornet gratis, terimakasih Rumah Zakat atas perhatiannya, ini sangat membantu meringankan beban kami,” tutur Syafarudin.***

sumber : Rumah Zakat

Jumat, 20 Agustus 2010

TAK KUAT MENGANGKUT PAKET JOMPO, SEPEDA PUN JADI

YOGYAKARTA. Tenaga berbanding lurus dengan usia, sudah menjadi kodrat bahwa semakin tua usia seseorang, maka semakin lemah pula tenaga yang dimiliki. Kenyataan ini dialami sendiri oleh para jompo di ICD Pleret Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kamis 19/08/10, adalah hari di mana Bingkisan Jompo tersalurkan, sebanyak 40 paket sudah diterima oleh para jompo di wilayah tersebut, mereka begitu senang dan merasa bahagia mendapat bingkisan yang sangat istimewa tersebut.

Nur Estining Wahyuni seorang MRO (Member Relationship Officer) Rumah Zakat di wilayah tersebut mengatakan bahwa banyak para jompo yang tidak kuat membawa bingkisan yang telah diberikan oleh Rumah Zakat. Tetapi mereka tidak kehabisan akal, karena bingkisan tersebut cukup berat, mereka memanfaatkan sepeda yang dimiliki untuk mengangkutnya. Cukup unik dan kreatif juga apa yang dilakukan oleh para jompo di wilayah tersebut.

Tugiman (80th) salah seorang penerima manfaat mengatakan, “Saya sangat bersyukur sekali kepada Allah, dan juga sangat berterima kasih sekali kepda Rumah Zakat yang sudah peduli, sungguh, ini sangat bermanfaat sekali bagi kami”. pungkasnya.***

sumber : Rumah Zakat

Rabu, 18 Agustus 2010

REFLEKSI TATA KRAMA

Namanya Anas. Malam itu anak muda dari Jordan ini terselip di antara jamaah shalat isya’ di masjid kami. Kebetulan saat itu saya menjadi imam, usai salam setiap jamaah pun terpekur pada kesibukannya, melayangkan puji dan doa untuk meminta. Satu per satu jamaah akhirnya menyepi hingga hitungan jari. Tiba-tiba anak muda sekitar dua puluh tiga tahun itu maju mendekat. “Perkenalkan nama saya Anas. I am from Jordan!” Bahasa Indonesianya sudah cukup baik meskipun sempat berpikir untuk suatu kata. Memang beberapa bulan anak muda ini sengaja tinggal di Yogyakarta untuk belajar Bahasa Indonesia. Saya agak lupa untuk tujuan apa. Mungkin untuk bekal bekerja di Indonesia atau sedang menjadi mahasiswa.

Lalu apa maksud Anas ini mengajak berbincang dengan saya? “Boleh berdiskusi sebentar?” tanya dia. “Tentu saja,” jawab saya. Dia meminta maaf merasa mendengar bacaan sholat saya ada yang kurang tepat. “Anda tadi membaca Ihdinashshiraathal mustaqiim, tapi terdengar Ihdinasysyiraathal mustaqiim. Huruf shad berbeda dengan syin”.
Saya berusaha mengingat, perasaan sudah benar. Hmm.. tapi bisa jadi terdengarnya seperti itu. Anas melanjutkan kembali. “Memang bagi orang Indonesia huruf shad dan syin terasa sulit dibaca. Ini sama seperti saya belajar Bahasa Indonesia. Kata sambal misalnya. Susah sekali. Tapi ini Al Quran kita harus benar membacanya,” ujarnya.
Pemuda ini tampak serius tapi tetap menjaga kesantunannya. Bahasa tubuhnya berusaha meyakinkankan bahwa masukannya perlu didengar, meskipun sederhana. Kami pun saling berterima kasih sambil meneruskan berbincang lain hal hingga saya dan seorang teman mengantarkan dia sampai ke sepedanya.

Kejadian ini sudah cukup lama, mungkin sekitar tujuh tahun lalu saat saya masih menikmati kebersamaan di Kota Yogyakarta. Lintasan wajahnya nampak timbul tenggelam tapi jelas tipikal wajah Timur Tengah. Saat menulis ulang kenangan tersebut saya merasa kembali membutuhkan dirinya, yang peduli bagaimana sebuah aturan ditegakkan, yang berani menyampaikan kebenaran, yang mampu mengeksekusi antara process dan result bisa terjembatani. Saya sadar belum cukup mampu sesabar dan sesantun itu. Ah, saya jadi malu untuk mengangkat tulisan ini. Tapi semoga tetap bermanfaat minimal dalam konteks refleksi.

Pasti banyak cerita yang menginspirasi kita tentang tata krama, sebagaimana dalam mayoritas video klip tourism Indonesia yang beredar banyak di internet. Ya, Indonesia sejati-nya adalah negara bertata krama. Saat masih kecil saya beberapa kali diingatkan oleh orang tua, “Bu, ada orang di depan!” Ibu saya langsung menasehati, bukan orang nak, tapi tamu! Saat kami pindah ke Jawa Barat, saya menemukan satu budaya yang bagus. Di sini rata-rata masyarakat cukup ramah menunjukkan arah jalan jika kita bertanya. Semoga Anda tidak mengalami sebaliknya.

Saya ingin kembali sedikit bercerita tentang kesantunan dan kesederhanaan. Kali ini dalam diri Prof. Husain Haikal. Saya kira guyon beliau menjanjikan bertemu di Gedung Pascasarjana UNY (Universitas negeri Yogyakarta) pukul 6.00 WIB. Pagi itu benar saya datangi tak selang lama beliau tiba dengan motor pitungnya. Beliau langsung menyalami saya. “Saya harus menjadi teladan buat mahasiswa saya,” ujarnya setiap kali saya sowan ke rumahnya. Suaranya masih terus meledak-ledak, tentang keprihatinannya pada dunia pendidikan kita. Hingga alinea ini kita belajar bahwa tata krama bukan sekedar panduan etika dan etiket tapi juga keteladanan.

Beberapa kali saya ditanya tentang materi komunikasi efektif. Terlalu banyak teori yang menjawabnya. Daripada rumit saya bagi dalam dua syarat. Adanya Openness dan Happiness. Dengan openness (keterbukaan) akan terhasilkan trust (kepercayaan). Dengan happiness (kebahagiaan) akan menimbulkan comfortness (kenyamanan). Pertanyaannya, kadang keduanya tidak saling hadir dalam tempo dan notasi yang sama. Mungkin disinilah pentingnya cinta. Saat ketidakseimbangan prasyarat komunikasi terjadi, kita selalu memasang radar prasangka positif karenanya terlahir sikap yang baik.

Dalam menggeliatkan gerakan berbagi dalam zakat dan filantropi, tata krama tidak kalah penting dari isi ajakannya. Saat mata kuliah semester I dulu di jurusan ilmu komunikasi, begitu sering diulang pernyataan Mc Luhan, “Medium is a message!” Banyak es jus buatan rumahan lebih enak daripada pabrikan. Tapi kekuatan kemasan dan iklan begitu menggoda untuk menambahkannya dalam struk kita. Sama halnya begitu sering kita menerima pesan kebaikan tapi segera berlalu karena ditampilkan dalam roman yang kurang welcome. Maka Rumah Zakat melalui rebrandingnya juga tertantang untuk berusaha menampilkan dua sisi yang secara paralel diungkapkan; tentang pentingnya berempati dan cara membuktikan bahwa empati tersebut dikelola dalam bukti pengorganisasian yang meyakinkan.

Jika Anas bisa, semoga kita juga bisa! Tetapi ternyata ada satu nama yang harus terlebih dahulu memperbaikinya. Orang itu adalah: saya!

Sumber : Rumah Zakat

Senin, 16 Agustus 2010

300 PAKET BERBAGI BUKA PUASA BAGI WARGA BATU MERAH


Sobat Zakat yang dimuliakan Allah.

Rumah Zakat Kebon Jeruk telah menyalurkan program Berbagi Buka Puasa (BBP) yang berlangsung di Gedung Yayasan Rahmatan Lil ‘Alamin, Jl. Batu Merah I, Pejaten, Jakarta Selatan. Pembagian ditujukan kepada masyarakat sekitar, anak-anak dan member binaan Rumah Zakat, Sabtu (14/8).

Kegiatan BBP ini dihadiri oleh beberapa tokoh agama, salah satunya Ustad Suteja. Syamsudin selaku Ketua Rt 04 pun turut hadir dalam pembagian 300 paket Berbagi Buka Puasa ini. Dari pihak Rumah Zakat sendiri dihadiri oleh Zunaedi, Suheri dan Pras Purworo selaku Member Relation Officer. Acara dimulai pada jam 16.00-18.00 WIB. “Masyarakat Batu Merah merasa sangat terbantu dengan program ini, semoga kita tetap amanah,” ungkap Zunaedi.

Diberikan pula tausyiah tentang “Puasa Membentuk Pribadi Bersyukur” oleh Ustad Abdul Hakim. “Terima kasih sekali atas bantuan donatur Rumah Zakat, semoga Rumah Zakat bisa menjadi lembaga yang dipercayai donatur selamanya sehingga bisa bermanfaat bagi umat manusia,” ucap Mahayati (38), salah satu warga yang hadir.***

http://www.rumahzakat.org/detail.php?id=7063&kd=B

www.rumahzakat.org